POLITIK
Cerita dan Mitos Lebak Kosala, Harmoni antara Manusia dan Alam
IndoJurnal – Setiap daerah tentu menyimpan cerita dan mitos sendiri yang tidak lepas dari kepercayaan masyarakat setempat.
Salah satunya adalah cerita dan mitos Lebak Kosala, destinasi wisata sejarah zaman batu yang berlokasi pada kawasan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Banten.
Mitos Lebak Kosala
Situs Lebak Kosala bisa merupakan situs yang komplet dengan berbagai jenis batu khas peninggalan kebudayaan zaman batu, termasuk menhir, punden berundak, altar dan arca.
Menhir yang ada pada situs ini memiliki permukaan halus dan berbentuk menyerupai papan (slab stone).
Biasanya, masyarakat yang hidup pada masa megalitik menggunakan batu ini sebagai tempat menyimpan sesaji dan menjalankan ritual-ritual kepercayaan.
Selain itu, situs ini juga masih terdapat peninggalan kebudayan megalitikum lainnya. Peninggalan tersebut yaitu berupa bangunan punden berundak yang terdiri dari lima undakan dan setiap undakannya terdapat sebuah batu berbentuk tugu (menhir).
Tentunya, tempat bersejarah tidak lepas dari cerita dan kepercayaan masyarakatnya. Seperti halnya mitos Lebak Kosala yang kabarnya menjadi tempat pertemuan bagi tujuh leluhur yang dapat memberikan berkah bagi mereka yang mengunjunginya.
Tujuh leluhur tersebut adalah:
- Leluhur Parungkujang atau Prabu Siliwangi (bidang kepangkatan/jabatan).
- Sajra atau Abuya Kayu Buyut Mangun Tapa (bidang keselamatan).
- Menes atau Kyai Sapuling Sakti (bidang agama).
- Leluhur Pangawinan (bidang pertanian).
- Leluhur Parahyang (tempat para Hyang atau leluhur/dewa).
- Sobang (tempat ziarah orang Baduy Karang).
- Leluhur Bonbgbang yang tidak boleh dikunjungi oleh mereka yang beragama Islam.
Letak situs ini berada antara Sungai Cipamali dan Sungai Cibaduy yang mengalir pada sekitar area tersebut.
Berdasarkan keyakinan masyarakat, orang Baduy Karang yang hendak mengunjungi situs ini selama acara muja tidak boleh menginjak air Sungai Cipamali karena air tersebut dianggap suci.
Takhta Para Leluhur
Masih berhubungan dengan mitos Lebak Kosala sebelumnya, kemungkinan adanya pemujaan kepada tujuh leluhur tersebut sesuai dengan fungsi struktur bangunan tinggalan arkeologi.
Struktur bangunan situs sejarah ini terbentuk secara bertingkat, tampaknya tidak mengikuti pola perjalanan upacara seperti yang biasa terlihat pada bangunan teras berundak lainnya, contohnya situs Arca Domas yang ada di Baduy.
Selain itu, setiap tingkat memiliki altar yang memiliki peran masing-masing yang sesuai dengan tujuan pemujaan.
Oleh karena itu, setiap tingkat dengan altar-altarnya mungkin digunakan sebagai tempat pemujaan yang mandiri sesuai dengan maksud dari si pemuja.
Formasi batu yang banyak mendominasi struktur warisan budaya pada situs Kosala ini kemungkinan dapat berarti sebagai “tempat kediaman dewa atau para leluhur”.
Sebab, pada area tersebut, masyarakat meyakini ada dewa atau leluhur yang “bersemayam” saat upacara sedang berlangsung.
BACA JUGA: Menikmati Karya Seni Kontemporer di MOJA Museum Jakarta
Daya Tarik Situs Lebak Kosala
Salah satu hal yang menarik dari susunan batuan ini ialah posisi batuan tersebut yang tidak pernah mengalami perubahan selama berabad-abad.
Warga lokal menjaga dan memelihara eksistensi batuan ini dengan keyakinan bahwa mereka adalah peninggalan leluhur penduduk Citorek.
Bahkan, menurut penduduk setempat, susunan batu tersebut konon merupakan bekas petilasan Prabu Kian Santang ketika menyebarkan agama Islam ke wilayah Banten.
Sebagaimana cerita dalam tradisi budaya Sunda, anak dari Prabu Siliwangi ini berupaya mengislamkan tanah Nusantara, termasuk wilayah Banten, melalui berbagai upaya.
Meski keyakinan warga sempat goyah saat peneliti dari ITB melakukan penelitian dan ekskavasi pada situs tersebut.
Temuan tersebut mendetailkan bahwa kawasan situs Lebak Kosala pertama kali dibangun pada abad ke-4. Kesimpulan ini berdasarkan pada temuan artefak seperti pecahan keramik dan tembikar.
Selain itu, penelitian juga membuka wawasan bahwa area ini pernah menjadi tempat pemujaan dan makam kuno.
Dugaan ini terbukti dari temuan beberapa nisan dan kolam pemandian untuk ritual penyucian. Sebelumnya, pada tahun 1929, seorang ahli Belanda bernama Van Tricht juga pernah melakukan penelitian tentang situs ini.
Mitos Lebak Kosala memang sangat menarik. Terutama karena cerita dan kisah sejarahnya yang sangat kental dengan dewa-dewa dan para leluhur.