POLITIK
Jangan Lengah! Covid-19 Varian Baru Serang Eropa dan China
IndoJurnal – Pemerintah Indonesia sudah menyatakan pandemi Covid-19 sudah beralih menjadi endemi. Kebijakan ini diambil setelah jumlah kasus yang semakin menurun dan tingkat kekebalan masyarakat sudah semakin tinggi berkat vaksinasi.
Namun, benarkah ancaman Covid-19 sudah berakhir?
Di China, 239 orang meninggal akibat COVID-19 pada bulan Juni. Padahal negara itu sudah mencabut sebagian besar tindakan pembatasan terkait pandemi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China sebelumnya melaporkan 164 kematian pada Mei setelah dua bulan sebelumnya tak ada kematian sama sekali.
Kabar dari Eropa tampaknya bisa memperkuat bahaya Covid-19 masih mengancam. Dilaporkan terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Benua Biru.
Berdasarkan pemberitaan di sejumlah media asing, lonjakan kasus subvarian Covid-19 Omicron baru menghebohkan sejumlah negara di Eropa.
Begitu juga di Australia. Beberapa wilayah juga mengalami lonjakan kasus baru. Tak diumumkan secara rinci varian apa yang “menyerang”.
Namun, CDC Amerika Serikat, mengumumkan nama varian baru, EU.1.1 atau XBB.1.5.26.1.1.
Bahaya subvarian baru Covid-19 Omicron
Seberapa bahaya subvarian baru ini? Peneliti New York Institute of Technology & Arkansas State University, Rajendram Rajnarayanan mengatakan, subvarian baru ini lebih menular dibandingkan varian atau subvarian sebelumnya, seperti XBB 1.5.
Namun, lanjut Rajendram, EU.1.1 tidak memiliki keunggulan dibandingkan yang lain.
“EU.1.1 pasti lebih menular daripada subvarian Omicron XBB.1.5. Namun tidak memiliki kelebihan dibandingkan yang varian atau subvarian yang beredar sekarang,” jelas Rajendram kepada MedPage Today.
Dilansir dari beberapa sumber, CDC memperkirakan EU.1.1 saat ini menyumbang 1,7 persen kasus Covid-19 di seluruh Amerika Serikat.
Bahkan, beberapa wilayah di Negeri Paman Sam sudah memiliki kasus hingga 8,7 persen. Wilayah tersebut di antaranya Colorado, Montana, Dakota Utara, Dakota Selatan, Utah dan Wyoming.
Gejala subvarian baru Covid-19 Omicron
Belum diketahui pasti bagaimana gejala dari subvarian baru Covid-19 Omicron tersebut. Entah gejala baru atau sama halnya seperti subvarian Omicron 1.16.
Namun jika dilihat keseluruhan besar kemungkinan gejalanya sama dengan subvarian Omicron lainnya.
Seperti diketahui, gejala yang paling umum adalah demam, batuk, lelah, pilek, nyeri tenggorokan, dan sakit kepala. Ada pula gejala mata merah seperti yang dialami pasian Covid-19 Omicron 1.16.
Seperti diketahui, setiap varian atau subvarian Covid-19 memiliki gejala yang berbeda-beda. Pada awal munculnya virus asal China tersebut, gejala paling umum adalah flu, demam, sakit tenggorokan dan hilangnya indera perasa dan penciuman.
Lalu muncul varian-varian baru dengan gejala yang baru pula.
Pada varian Alfa, orang yang terinfeksi juga mengalami sesak napas dan nyeri dada. Gejala ini juga yang dialami pasien Covid-19 varian Beta.
Sementara untuk varian Delta, beberapa pasien baru mengalami gejala 3-4 setelah terinfeksi. Gejalanya antara lain sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala, kelelahan, kehilangan indera perasa atau penciuman.
Untuk varian Gamma, Epsilon, Lambda, Zeta, Eta, Theta, Iota, Mu, Kappa, gejala umum yang dirasakan tak jauh berbeda.
Sedangkan untuk varian Omicron, yang memiliki banyak subvarian, muncul beberapa gejala baru. seperti badan terasa pegal-pegal, kelelahan, bersin-bersin, diare, mual dan muntah.
Baca Juga: Masih Teka-Teki, Cawapres Ganjar Pranowo Menunggu Restu ‘Ibu’
Vaksinasi Covid-19 masih efektif
Dengan ancaman Covid-19 yang masih mengintai, vaksinasi tetap jadi salah satu tindakan yang efektif untuk mencegah penyebaran kembali meluas. Di Indonesia, pemerintah tetap akan menggalakkan program vaksinasi.
Kemenkes tengah menyusun Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) terbaru mengenai vaksinasi Covid-19. Permenkes tersebut akan disesuaikan dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
“Kami lagi menyusun regulasinya, Peraturan Menteri Kesehatan terkait dengan peraturan presiden yang baru, ya terkait dengan masa dari pandemi ke endemi,” tutur Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian Kesehatan, dr Maxi Rein Rondonuwu.
Pemerintah juga akan tetap menggratiskan vaksinasi untuk tiga kelompok yakni lansia dengan komorbid, tenaga kesehatan (nakes), dan masyarakat di bawah 12 tahun dengan immunocompromised.
Selain itu, vaksinasi Covid-19 akan menjadi rutin, sama halnya dengan vaksin HPV dan vaksin polio. Nantinya, Permenkes yang akan mengatur mekanismenya.