POLITIK
Masalah Dualisme Arema, Kisah Kelam yang Tak Pernah Ada Titik Temu
IndoJurnal – Arema FC lahir pada 1987 dengan nama awal Arema Malang. Mereka bermarkas di Stadion Gajayana dan menggunakan simbol singa yang memang menjadi ciri khas Malang sejak masa Belanda.
Arema Malang merupakan klub elite di Liga Sepak Bola Utama atau Galatama. Singo Edan berhasil menjuarai kompetisi Galatama musim 1992/93.
Sebagai klub eks Galatama, Arema ikut berpartisipasi di Liga Indonesia. Mereka punya tradisi papan atas dan memiliki fans fanatik bernama Aremania.
Bukan klub sembarangan, Arema tercatat pernah menjuarai Divisi Satu Liga Indonesia pada 2004 dan Piala Indonesia 2005 dan 2006.
Di bawah investor baru PT Bentoel yang mengambil alih dari Acub Zainal. Lalu Bentoel menjual lagi kepada konsorsium baru dan mereka mengubah nama mereka pada 2009 menjadi Arema Indonesia.
Dengan nama baru dan semangat baru, Arema berhasil menjuarai Liga Super Indonesia musim 2009/10.
BACA JUGA: Survei Charta Politika: Presiden Jokowi Dukung Prabowo Subianto, Publik Kecewa
Mulai dualisme Arema
Arema terkena dualisme pada 2011 saat Arifin Panigoro mendirikan Liga Primer Indonesia (LPI). Beberapa klub pindah ke LPI dan sebagian tetap di ISL.
Imbasnya Arema terkena status dualisme. Arema Indonesia memutuskan mengikuti LPI seiring dengan keinginan petinggi Yayasan Arema Indonesia, yang dipimpin Lucky Acub Zainal.
Namun, ada dari beberapa kubu di Arema Indonesia menolak keinginan tersebut. Akhirnya Arema terpecah setelah eks Sekretaris Yayasan Arema, Rendra Kresna membentuk tim di ISL dengan nama Arema Cronus.
BACA JUGA: Wow! Aktor Ganteng Korea ini Jadi Inspirasi Dibalik Nama Asli Jennie BLACKPINK
Setelah dualisme berakhir, PSSI mempersilahkan klub yang nyebrang ke LPI untuk kembali ke PSSI. Syaratnya, mereka harus memulai kompetisi dari kasta bawah.
Ada dua Arema yang berada di naungan PSSI. Arema FC yang dulu ada embel-embel Cronus eksis di ISL, ISC A, sampai era Liga 1.
Sedangkan Arema Indonesia harus berada di kompetisi bawah alias amatir. Kondisi dualisme ini membuat Aremania ada di posisi dilematis saat mendukung klubnya.
BACA JUGA: Sejarah Pelita Jaya, Klub Raya dengan Sederet Bintang Kelas Dunia
Awalnya Aremania mendukung Arema Indonesia di LPI. Tapi lambat laun, pemain khas Arema macam Kurnia Meiga, Dendi Santoso, ataupun M Ridhuan bermain untuk Arema Cronus dan Aremania banyak yang menyebrang.
Pada 2012, Grup Bakrie membeli Arema FC sehingga banyak pemain bintang yang datang ke klub tersebut. Berkilaunya skuad Arema FC membuat Aremania memberikan dukungan kepada klub tersebut.
Hingga kini belum ada penyelesaian terhadap dualisme Arema FC dan Arema Indonesia. Keduanya masih mengklaim sebagai klub Arema Malang yang berdiri pada 1987.
Follow Berita IndoJurnal di Google News
- POLITIK7 hari ago
H-5 Jelang Pelantikan Prabowo Subianto akan Umumkan Susunan Kabinet
- POLITIK7 hari ago
Demi Cucu Soekarno, Arteria Dahlan Rela Mundur dari DPR Periode 2024-2029
- POLITIK7 hari ago
Geser Posisi Eddy Soeparno, PAN Tunjuk Eko Patrio jadi Sekjen di Periode Baru
- POLITIK6 hari ago
Resmi! Puan Maharani Kembali Menjabat Ketua DPR untuk Periode 2024-2029
- POLITIK7 hari ago
Prabowo Subianto Berharap Bertemu Megawati Soekarnoputri sebelum Pelantikan
- POLITIK7 hari ago
Dilantik jadi Anggota DPR, Varrel Bramasta Ingin Mengawal Isu Anak Muda
- POLITIK6 hari ago
Pidato Perdana, Puan Maharani: Kebersamaan Bukan Berarti Semua Serba Sama!
- POLITIK4 hari ago
Cagub Jawa Timur Tri Rismaharini Siapkan Program Kesejahteraan Buruh Pabrik