Connect with us

    POLITIK

    Pengamat Nilai Ganjar Pranowo Paling Memahami Persoalan Desa

    Published

    on

    Ganjar Pranowo

    IndoJurnal – Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai bakal capres Ganjar Pranowo paling memahami persoalan-persoalan di tingkat desa.

    Hal itu, menurut dia, karena selama Ganjar menjadi Gubernur Jawa Tengah sukses membangun desa-desa di wilayah tersebut.

    “Pembangunan suatu negara seharusnya memang dimulai dari membangun mikro, yaitu dari keluarga baru kemudian desa,” kata Emrus dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (17/10/2023).

    Saya sangat setuju Ganjar Pranowo membangun dari desa, kalau desa sudah terbangun, otomatis camat pasti sejahtera, provinsi pasti sejahtera, dan negara pasti sejahtera,” lanjutnya.

    Emrus memandang Ganjar memiliki rekam jejak yang baik saat menjabat sebagai Gubernur Jateng.

    Advertisement

    Menurut dia, selama 10 tahun memimpin Jateng, Ganjar telah membangun 2.300 desa mandiri energi dan membangkitkan 818 desa wisata dan menginisiasi 29 desa antikorupsi.

    Dia menilai pembangunan desa bukan hanya sekadar yang berorientasi ekonomi namun sumber daya manusia yang ada di desa perlu didongkrak kualitasnya.

    “Karena itu, Ganjar perlu menyertakan gagasan peningkatan kualitas pendidikan di desa sebagai bagian dari visi-misi pembangunan desa,” ujarnya.

    Menurut dia, pendidikan di desa tidak boleh hanya sampai tingkat sekolah dasar saja, namun harus diarahkan pada kemampuan tertentu yang sesuai dengan keunggulan desanya.

    Dia mencontohkan sebuah desa perlu pengawetan ikan, maka SMK pengawetan ikan dengan kualitas yang bagus perlu dibangun.

    Advertisement

    “Sehingga desa-desa tersebut mempunyai kemampuan ekspor di bidang keunggulan desanya,” kata Emrus.

    Emrus menilai kinerja Ganjar yang baik dalam membangun desa-desa di Jateng perlu diperluas ke wilayah-wilayah lain.

    Dia berharap Ganjar segera menyusun program terperinci untuk membangun desa sehingga masyarakat di luar Jateng bisa memahami arah pembangunan desa yang digagas Ganjar.

    BACA JUGA :  Rangkaian Skincare YOU untuk Mencegah Kulit Kusam, Apa Saja?

    “Komunikasi yang efektif menjadi sangat penting agar menjadi isu strategis yang memiliki kedekatan dengan masyarakat desa.

    “Intinya harus berhubungan apa yang disampaikan dengan persoalan di desa. Jangan hanya jargon ketika menjelaskan soal desa, ketika kampanye, disesuaikan dengan keunikan desa itu,” ujarnya.

    Advertisement

    Emrus menyarankan agar program pembangunan desa ala Ganjar disosialisasikan kepada publik melalui media sosial seperti X, TikTok, dan Youtube agar masyarakat desa lain terhubung secara emosi ketika membutuhkan solusi.

    Sebelumnya, Ganjar menegaskan bahwa mengelola desa tak bisa disamakan dengan mengelola wilayah semisal kabupaten atau provinsi.

    Hal itu dikatakan Ganjar saat mengisi acara Forum Akademisi Jaringan Indonesia (Jari) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (12/10/2023).

    Secara khusus, Ganjar mengaku tak setuju jika kepala desa diberikan seragam karena khawatir ada banyak dampak negatif yang potensial muncul. Salah satu dampaknya ialah potensi korupsi dana desa yang besar oleh para kades.

    Elektabilitas Ganjar dan Prabowo Bersaing Ketat

    Lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs mempublikasikan hasil survei terbaru di mana bakal calon presiden Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo bersaing ketat jelang pendaftaran di KPU RI.

    “Prabowo Subianto memperoleh elektabilitas sebesar 30,13 persen, sementara Ganjar Pranowo elektabilitasnya sebesar 29,77 persen. Sedangkan Anies Baswedan sebanyak 20 persen, dan yang masih belum menentukan pilihan sebanyak 20,10 persen,” kata Analis Politik dan Peneliti Senior Ipsos Public Affairs Arif Nurul Imam.

    Advertisement

    Dia menyatakan hasil survei ini tentu menarik dan penting karena tinggal hitungan hari dibuka waktu pendaftaran bacapres dan bacawapres ke KPU RI.

    BACA JUGA :  Sinopsis Our Blooming Youth: Kebenaran di Tengah Kutukan

    “Apalagi, dua bacapres Ganjar dan Prabowo hingga kini belum menentukan siapa yang akan dijadikan calon wakil presiden,” ujarnya.

    Arif mengatakan survei itu memotret dukungan dari dua organisasi besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Hasilnya, kata dia, jamaah NU dan Muhammadiyah tersebar di semua calon karena tidak ada yang memperoleh limpahan suara mayoritas.

    “Pemilih yang merasa dekat dengan Muhammadiyah menyalurkan aspirasi kepada Anies Baswedan 38 persen, Prabowo Subianto 27,93 persen, dan Ganjar Pranowo 20,72 persen,” ungkapnya.

    Sementara, pemilih yang merasa dekat dengan NU hampir sama kuat mendukung Prabowo Subianto 33,33 persen, Ganjar Pranowo 31,51 persen, dan Anies Baswedan 18,32 persen.

    Advertisement

    Survei digelar 1-10 Oktober di 34 provinsi dengan 2.039 responden. Survei dilaksanakan dengan tatap muka menggunakan aplikasi Ipsos Ifield, yang merupakan standar internasional. Adapun “margin of error” sebesar lebih kurang 2,19 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

    Arif menjelaskan Ipsos merupakan anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) sekaligus anggota Association for Global Research Agency Worldwide (ESOMAR), yakni asosiasi riset internasional yang melakukan audit secara periodik terhadap para anggotanya.

    Ipsos merupakan lembaga riset internasional yang sangat berpengalaman di dunia global. Lembaga yang berkantor pusat di Prancis ini beroperasi di 90 negara, selain dikenal melakukan riset pasar juga melakukan riset sosial politik, termasuk di Indonesia.

    Baca Berita IndoJurnal di Google News

    Trending