POLITIK
Sejarah Pelita Jaya, Klub Raya dengan Sederet Bintang Kelas Dunia
IndoJurnal – Nama Pelita Jaya Jakarta sempat berkibar di sepak bola sebagai klub elite dari selatan ibu kota.
Namun, kini mereka hanya tersisa sebagai tim SSB dan juga klub bola basket profesional yang berlaga di IBL. Klub sepak bolanya hilang karena kerap dianggap tak dapat dukungan suporter dari Jakarta.
Klub ini lahir pada 1986 dari rahim keluarga pengusaha Bakrie yang gila olahraga. Mereka berkompetisi di Liga Sepak Bola Utama alias Galatama.
Kiprah awal Pelita di ranah sepak bola dimulai saat mengalahkan tim kuat Krama Yudha Tiga Berlian (KTB) yang merupakan juara bertahan.
Pada musim perdananya, Pelita Jaya memang diplot sebagai tim elite ibu kota. Mereka mampu finis di peringkat kedua Galatama setelah pada final kalah 2-4 dari KTB.
Pelita setelah itu menjadi klub elite yang sering masuk final Galatama dengan lima kali tampil dan tiga kali juara.
Klub ibukota ini menjadi juara pada kompetisi Galatama 1988/89, 1990 dan 1993/94. Mereka menjadi klub kuat dengan sokongan dana besar dan juga gaya profesional dengan memiliki stadion sendiri di Lebak Bulus bernama Sanggraha Pelita Jaya.
Keganasan mereka tidak hanya di Galatama tapi juga di Piala Utama yang mempertemukan juara Galatama dengan Perserikatan pada 1992.
Pelita Jaya juga bersinar di level Internasional, yakni Piala Champions Asia. Pelita berhasil menembus semifinal Piala Champions Asia 1991 dan memunculkan Bambang Nurdiansyah sebagai bintangnya.
Selain itu, para pemain Pelita juga menghiasi skuad timnas Indonesia.
Pelita juga punya fasilitas pendukung nan modern di eranya, layaknya klub-klub Eropa. Pelita punya kompleks latihan di Sawangan dengan fasilitas lengkap dan kini menjadi Komplek Latihan Persija.
BACA JUGA: Atalia Praratya Gabung Golkar, Ridwan Kamil: Memang Memiliki Kapasitas
Hilang di era Ligina
Era Liga Indonesia yang dimulai pada 1994, membuat Pelita merubah strategi. Mereka merekrut pemain-pemain kelas dunia dengan sokongan dana yang besar.
Mereka pernah membawa Mario Kempes, Maboang Kessack, Giuseppe Acardi, Jung Sunday, dan Dejan Glusevic ke Jakarta
Sayang, saat era Liga Indonesia, Pelita Jaya tak berjaya dan bahkan harus rela pindah dari Jakarta ke Solo karena kalah bersaing dengan Persija.
BACA JUGA: Singgung Anies Baswedan, Jubir PSI: Berhenti Gunakan Istilah Non-Pribumi!
Klub ini pun beberapa kali berganti nama seperti Pelita Solo, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jaya Jawa Barat, kemudian Pelita Jaya Karawang.
Lalu menjelma menjadi Pelita Bandung Raya, Pelita Persipasi Bekasi, dan terakhir menjadi Madura United.
Setelah menjadi Madura United, sejarah Pelita tampaknya hilang karena saham mayoritasnya dibeli oleh Achsanul Qosasi.
Namun, bagi para Commandos dan warga Jakarta lainnya, nama Pelita Jaya terasa abdi karena inilah cikal bakal klub modern dan elite di Indonesia.
BACA JUGA: Dari Masa ke Masa, Pelatih Timnas Indonesia di Ajang SEA Games
Bintang-bintang Pelita Jaya
- Bambang Nurdiansyah
- Listianto Rahardjo
- I Made Pasek Wijaya
- Tias Tono Taufik
- Bonggo Pribadi
- Kurniawan Dwi Yulianto
- Ansyari Lubis
- Kurnia Sandy
- Haryanto “Tommy” Prasetyo
- Indrianto Nugroho
- Dejan Glusevic
- Maboang Kessack
- Mario Kempes
- Roger Milla
- Giuseppe Acardi
Follow Berita IndoJurnal di Google News