POLITIK
Suami Doyan Open BO, Kasus IRT Tertular HIV di Bogor Meningkat
IndoJurnal – Yayasan Lembaga Kajian Strategi (Lekas) mencatat, terjadi peningkatan tren kasus ibu rumah tangga (IRT) dan ibu hamil yang terjangkit HIV di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Berdasarkan data yang dimilikinya, tercatat ada 428 kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bogor pada 2021, lanjut pada 2022 meningkat menjadi 747 penderita HIV/AIDS.
Namun yang disayangkan, dari total penderita HIV/AIDS tersebut, 42 di antaranya adalah ibu hamil. Tentu, ini menjadi pukulan besar bagi bagi pemerintah setempat.
“Tren peningkatan kasus ibu rumah tangga dan ibu hamil terkena HIV meingkat di Kabupaten Bogor,” kata Ketua Lekas, Muksin ZA.
Dari data Dinas Kesehataan Kota Bogor, Januari-Desember 2022 sebanyak 408 positif. Jumlah itu terdiri dari Laki-laki 380 dan 233 Perempuan. 16 orang berstatus ibu rumah tangga dan ibu hamil.
Sementara itu, di wilayah Kabupaten Bogor dalam kurun lima tahun terakhir, kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Bogor terus meningkat dengan jumlah sebanyak 2.276 orang.
“Perlu perhatian terhadap perlindungan penanganan kasus HIV AIDS di dalam keluarga, karena di ibu rumah tangga sudah muncul, ibu hamil sudah muncul. Ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor ada 42. Di anak usia produktif sudah muncul jumlahnya puluhan. Kami mengajak media agar ini tersosialisasi,” jelasnya.
Kasus anak tertular HIV/AIDS
Selain IRT dan ibu hamil, lanjut Muksin, kasus anak hidup dengan HIV AIDS di Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 19.000 anak usia 0-14 yang hidup dengan HIV.
Dengan hanya 25% yang menggunakan terapi antiretroviral yang menyelamatkan jiwa. Ada 2.400 anak yang terinfeksi HIV yang meninggal karena penyebab terkait AIDS pada tahun 2021. Ilustrasi Anak
Faktor penyebab utama kematian tersebut yaitu rendahnya akses terhadap pengobatan antiretroviral, dan upaya pencegahan pada kelompok anak dengan HIV AIDS masih sangat terbatas.
“Setiap anak mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan, pendidikan dan hak-hak lainnya sebagai bagian dari anak Indonesia, yang diharapkan anak dengan HIV bisa menjadi generasi gemilang di masa depan,” jelasnya.
Lantas Apa yang menjadi pemicu tingginya kasus HIV/AIDS di Kabupaten Bogor?
Penyebab tingginya kasus HIV/AIDS pada ibu hamil
Muksin menyebut, di balik tingginya lonjakan kasus HIV/AIDS di kalangan ibu rumah tangga dan ibu hamil di Kabupaten Bogor, Jawa Barat disebakan ulah para suami yang sering ‘jajan’ alias ‘Open BO’ (PSK).
“Mirisnya, tingginya kasus ibu rumah tangga dan ibu hamil positif HIV disebabkan banyaknya suami yang open BO alias ‘jajan’ PSK,” ungkapnya.
Muksin menegaskan, bahwa terjadinya tren peningkatan kasus ibu hamil dan ibu rumah tangga positif HIV harus menjadi perhatian serius Pemkab Bogor.
“Bila tidak ditangani dengan serius bukan tidak mungkin kasus ibu rumah tangga positif HIV terus melonjak,” ujarnya.
Kasus HIV di Indonesia meningkat di tahun 2023
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan terdapat sekitar 5.100 kasus baru ibu rumah tangga yang terjangkit HIV setiap tahun.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Muhammad Syahril menyebut penularan kasus didominasi oleh ibu rumah tangga.
“Jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV mencapai 35 persen,” demikian laporan tertulis Kementerian Kesehatan dilansir dari data resminya.
Angka itu diketahui lebih tinggi dibandingkan kasus HIV pada kelompok lainnya seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).
“Aktivitas ini telah menyumbang sekitar 30 persen penularan dari suami ke istri. Dampaknya, kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya,” ujar Syahril.
Baca Juga: 11 Persiapan Sekolah untuk Bantu Anak Hadapi Tantangan Baru
Minimnya pengetahuan pencegahan
Selain faktor suami yang kerap kali Open BO, kata Syahril, penyebab tingginya penularan HIV pada ibu rumah tangga juga terjadi karena pengetahuan akan pencegahan dan dampak penyakit yang rendah.
Ketika si ibu sudah terinveksi, ancaman penularan pun mengancam kepada anaknya. Penularan itu sendiri bisa melalui proses sejak dalam kandungan, kelahiran, atau saat menyusui.
Menurut data Kemenkes, penularan HIV secara umum melalui jalur ibu ke anak menyumbang sebesar 20-45 persen dari seluruh sumber penularan HIV lainnya seperti melalui seks, jarum suntik, dan transfusi darah yang tidak aman.
“Dampaknya, sebanyak 45 persen bayi yang lahir dari ibu positif HIV akan lahir dengan HIV. Sayangnya, hal itu membuat sepanjang hidup mereka akan menyandang status HIV positif,” tuturnya.
Melihat sumber infeksi, dr. Syahril menilai, bahwa penularan HIV masih akan terus terjadi. Hal ini dikarenakan dari 526.841 orang dengan HIV, baru sekitar 429.215 orang yang sudah terdeteksi atau mengetahui status HIV dirinya.
Artinya, masih ada 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan HIV kepada masyarakat.
Pesan istri yang tertular HIV/AIDS
Salah satu Ibu Rumah Tangga (IRT) yang menjadi ODHA, berinisial ‘M’, mengakui dirinya tertular dari suaminya yang kerap memesan wanita panggilan seksual melalui aplikasi chat atau open BO.
Ia baru mengetahui setelah suaminya meninggal, barulah dirinya tes HIV/AIDS dan mengetahui bahwa dirinya tertular.
“Kepada semua ibu-ibu di manapun mengingatkan suaminya, dan jika ada tanda-tanda segera memeriksakan. Dan agar para suami setia kepada satu pasangan. Saya mohon kepada bapak-bapak cukup setia sama istrinya,” kata ibu ‘M’.
“Jujur berat, pasti drop banget. Tapi saya mencoba menerima ini takdir dari Allah. Walaupun saya selalu bertanya tanya kenapa harus saya,” pungkasnya.