Connect with us

    POLITIK

    Ujaran Kebencian hingga Politik Identitas Marak di Medsos Jelang Pilpres 2024

    Published

    on

    INDOJURNAL – Penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, dan fitnah dengan bungkus politik identitas tengah marak di media sosial menjelang pemilu 2024.

    “Polri harus mengantisipasi penyebaran berita bohong, ujaran kebencian, dan fitnah apalagi dengan dibumbui isu-isu agama,” kata Pengamat intelijen dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro dalam keterangannya, Jumat (30/6/2023).

    Menurut pria yang akrab disapa Simon ini, berita hoax dan agitasi yang mengarah pada polarisasi masyarakat pada Pemilu 2024 sangat berpeluang untuk dilakukan.

    “Faktor utama yang menyebabkan politik identitas kerap digunakan, karena adanya pemahaman yang belum tuntas untuk menjaga toleransi dan eksistensi tiap identitas di NKRI,” ujarnya.

    Selain itu, kata Simon, rendahnya literasi digital masyarakat dan kecerobohan atau kesengajaan individu atau elite politik tertentu dalam berkomunikasi yang menyinggung psikologi massa.

    Advertisement

    “Tapi saya percaya, Polri bisa mengantisipasi dengan berbagai tindakan pencegahan dan pelayanan publik,” imbuhnya.

    BACA JUGA :  4 Rekomendasi Kampus Swasta di Semarang, Kualitas Bersaing!

    Simon menuturkan, tantangan besar yang dihadapi Polri pada 2023 cukup nyata, apalagi menghadapi tahun politik dan pesta demokrasi serentak 2024.

    “Pertama, maraknya hoax yang dibungkus dengan politik identitas jelang Pemilu 2024,” ucapnya.

    Kedua, memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Polri pasca kasus Ferdy Sambo, tragedi di Stadion Kanjuruhan, dan kasus Teddy Minahasa.

    “Dan ketiga, bagaimana Polri memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan perkembangan Police 4.0 untuk peningkatan pelayanan masyarakat,” pungkasnya.

    Advertisement

    Sumber: Republika

    Trending