BERITA
Mengapa Curah Hujan Tertinggi Sering Terjadi di Bulan Desember? Simak Penyebabnya!
IndoJurnal – Bulan Desember selalu diidentikkan dengan musim hujan yang mencapai puncaknya di Indonesia, dan curah hujan di bulan ini sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya.
Fenomena ini mungkin sudah familiar bagi banyak orang, namun ada beberapa faktor yang jarang dibahas oleh media mainstream yang berperan dalam meningkatkan curah hujan pada bulan Desember.
Penyebab Curah Hujan Tinggi di Desember
Berikut adalah beberapa aspek yang patut diperhatikan untuk menjelaskan fenomena hujan lebat di bulan Desember.
1. Fenomena Interaksi Laut dan Atmosfer: “Kondisi Pasang Surut Atmosfer”
Salah satu fenomena atmosfer yang jarang dibahas adalah “kondisi pasang surut atmosfer,” yang berhubungan dengan interaksi antara suhu permukaan laut dan atmosfer.
Di bulan Desember, suhu permukaan laut di beberapa wilayah Samudra Hindia dan Laut China Selatan berada pada tingkat yang sangat tinggi, yang mengakibatkan penguapan besar-besaran.
Keadaan ini memicu pembentukan awan yang lebih banyak dan lebih tebal, yang sangat kondusif untuk terjadinya hujan lebat.
Meskipun fenomena ini terkait dengan musim hujan, pengaruh kondisi pasang surut atmosfer ini sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup.
2. Peran Awan Konvektif yang Terlambat Meningkat
Di bulan Desember, perubahan suhu permukaan laut yang cepat mendorong terjadinya pembentukan awan konvektif—awan yang terbentuk akibat udara panas yang naik ke atmosfer.
Meski fenomena ini bisa terjadi sepanjang tahun, di bulan Desember, proses konveksi ini berlangsung lebih intensif karena faktor-faktor lain seperti kelembapan tinggi dan suhu laut yang lebih hangat.
Yang menarik, konveksi ini sering terjadi pada waktu-waktu yang lebih terlambat, yaitu menjelang sore hingga malam hari, sehingga curah hujan cenderung meningkat secara mendalam di malam hari, berbeda dengan pola hujan pada musim lainnya yang sering terjadi pada siang hari.
3. Pengaruh Masyarakat Terhadap Pola Hujan
Walaupun kurang dibahas, aktivitas manusia ternyata juga memberikan kontribusi pada peningkatan curah hujan, khususnya di daerah padat penduduk.
Urbanisasi yang terus berkembang mengubah albedo (kemampuan permukaan untuk memantulkan cahaya) kota-kota besar, meningkatkan polusi udara, dan menciptakan “pulau panas urban.”
Semua faktor ini memperburuk pemanasan lokal dan meningkatkan kelembapan, menciptakan kondisi yang ideal untuk pembentukan awan hujan.
Di bulan Desember, ketika kelembapan sudah tinggi dan kondisi atmosfer lebih dinamis, efek dari pemanasan lokal ini bisa memperburuk potensi curah hujan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Meskipun perubahan ini cukup halus, dampaknya dapat menjadi signifikan seiring berjalannya waktu.
4. Siklus Keberadaan Awan Stratiform dan Cumulus
Selain awan konvektif yang terbentuk secara vertikal, fenomena hujan di Desember juga dipengaruhi oleh pergeseran siklus antara awan stratiform (awan tebal yang merata) dan cumulus (awan yang lebih berserakan).
Di bulan Desember, awan stratiform seringkali lebih mendominasi, karena ia mampu menyebar secara horizontal dan menahan kelembapan lebih lama di atmosfer.
Perubahan pola ini tidak hanya memengaruhi intensitas hujan, tetapi juga durasi hujan, yang bisa berlangsung lebih lama.
Hujan dalam bentuk awan stratiform lebih sering terjadi pada musim hujan di daerah dengan topografi bergunung atau dataran tinggi. Fenomena ini cukup jarang dibahas oleh media, padahal ia sangat berpengaruh pada curah hujan yang tinggi.
5. Aktivitas Vulkanik dan Curah Hujan
Tidak banyak yang tahu bahwa aktivitas vulkanik di Indonesia dapat mempengaruhi curah hujan, khususnya di bulan Desember.
Letusan gunung berapi yang terjadi selama musim hujan dapat memicu peningkatan curah hujan. Hal ini terjadi karena abu vulkanik dan gas yang dilepaskan ke atmosfer berperan sebagai kondensasi untuk uap air, mempercepat proses pembentukan awan hujan.
Desember adalah bulan yang rawan terhadap aktivitas vulkanik, terutama di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur.
Meskipun dampaknya tidak selalu besar, efek tersebut dapat meningkatkan intensitas hujan pada beberapa wilayah tertentu.
6. Kombinasi Energi Termal dan Siklus Ekologis Laut
Ada pula faktor ekologis yang jarang dibahas, yaitu kombinasi antara energi termal yang diserap oleh ekosistem laut tropis dan proses alami siklus kehidupan di permukaan laut.
Di bulan Desember, beberapa ekosistem laut mengalami peningkatan fotosintesis dan planktonik yang berhubungan langsung dengan jumlah uap air yang terbentuk.
Plankton laut ini berfungsi sebagai elemen pembentuk awan (cloud condensation nuclei) yang dapat memicu hujan dengan lebih cepat, khususnya di sepanjang garis pantai yang berdekatan dengan wilayah Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Fenomena ini lebih terlihat jelas di daerah-daerah pesisir Indonesia yang menerima curah hujan sangat tinggi pada bulan Desember.
Kesimpulan
Penyebab curah hujan yang tinggi di bulan Desember adalah hasil dari berbagai fenomena atmosferik dan geofisik yang berinteraksi, baik secara lokal maupun global.
Meskipun faktor utama seperti musim hujan, La Niña, dan monsun barat sering dibahas, aspek-aspek seperti pengaruh aktivitas manusia, interaksi antara laut dan atmosfer, serta siklus ekologis laut adalah faktor-faktor yang jarang dikupas oleh media, meskipun mereka memiliki dampak besar terhadap curah hujan yang lebih tinggi pada bulan Desember.
Pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena-fenomena ini sangat penting untuk merencanakan mitigasi bencana banjir, serta untuk memahami bagaimana perubahan iklim akan terus mempengaruhi pola curah hujan di masa depan.
Gabung Grup WhatsApp IndoJurnal. KLIK DISINI